Thursday, December 22, 2011

aku ingin ...

Aku ingin memelukmu
Memeluk tubuhmu
Ya, aku ingin memeluk tubuhmu dengan segenap kasih
dan ungkapan terima kasihku padamu

Aku ingin menciummu
Mencium keningmu
Ya, aku ingin mencium keningmu dengan segenap cinta
dan ungkapan sayangku untukmu

Aku ingin membasuhmu
Membasuh kakimu
Ya, aku ingin membasuh kakimu dengan segenap hati
dan ungkapan baktiku padamu

Ya, aku ingin melakukan itu semua untukmu, Ibu
Dan semoga aku bisa melakukan itu semua dengan kasih sayang, cinta, dan tulusku untukmu
Seperti engkau yang tulus, ikhlas, sayang, dan sabar mengandung, membimbing dan menasehatiku selama ini J

Terima kasih, Mah J
Ami sayang mamah :*

221211

sepenggal kisah ...

Kubuka folder TMIP 2009 di bagian gallery komputerku
Kulihat semua foto teman2ku,,ku terpaku
Ada satu potret yg sangat aku rindukan masa2 itu :)

Masa dimana saat raga telah mencapai titik jenuh dan jiwa telah mencapai plasticity limitnya
dan masa dimana kekuatan daya manusia telah mncapai defleksi maksimumnya
dan disaat itulah pelelehan2 keringat oleh perhitungan statistika
dan analisis sebuah sistem yg menghasilkan manajemen operasi suatu daya yang hebat bernama PERJUANGAN :)

Sahabat,,masih ingatkah kamu saat kita harus brmacet2 ria di cibiru sampe cileunyi ato tak sempat mandi demi statistika?
Sahabat,,masih segarkah kalian setelah makan siang utk mndapat asupan ilmu yg bermanfat melawan rasa kantuk kita demi daya pertanian?
Atau sahabat,,masih ingatkah kamu saat kita harus menunggu sampai maghrib demi praktikum fismektan melawan rasa lapar dan ingin cepat pulang?

Saya ingat saat dosen tercinta kita memberi asupan materi mengenai manggis ataupun pembawaan ibu kita yg begitu ramah
dan dengan sabar memberi kuliah satop yg membuat kita jungkir balik utk membuat laporan praktikumnya
Dan sayapun ingat saat penjelasan mengenai gorong2 yg sangat besar agar drainase ckup baik saat kuliah irdran yg menurut saya SANGAT sulit ujiannya

Oiya sahabat,,ingat tidak saat kita harus sering mngoreksi prkataan bapak tercinta kita mengenai peslop is peri2 yg membuat telinga saya geli mendengarnya
apalagi saat penyerahan tugas managris susulan saya sempat salah masuk fakultas bukan ke faperta malah ke fapet hah
Tapi yg paling saya ingat adalah saat pemberian konsentrasi yg lebih utk menghitung tegangan maksimum dan gaya pada kuliah ikb
dan mmbaca doa 'baik' serta melobi ayah kita utk memberi nilai yg terbaik utk pas kita
Dan yg paling berkesan dan yg paling saya ingat adalah saat kita beramai2 bekerja penuh oli,resiko,dan bahaya yg cukup besar demi tugas akhir bengkel yg cukup menyita waktu minggu tenang kita

Hah,,cukup berat perjuangan kita y kawan :)
Tapi...
Semua itu telah berakhir *semester 4
Tapi...
Perjuangan itu tidak sia2
Hasil telah didapat dan kita bisa menilai seberapa besar dan lebihkah perjuangan kita demi nilai2 itu
Saya yakin ada yg bangga dan senang karena targetnya tercapai tp saya jg tau ada yg kecewa dan bahkan depresi karna nilainya tak sesuai harapan
Tapi itulah hasil dari perjuangan kita
Tapi itulah yg terbaik utk kita
Tapi Allah lah yg menentukan segalanya walo kita telah berencana dan brusaha sekongkrit2nya

Perjuangan ini memang hanya sepenggal tp disini kita bisa menilai seberapa jauhkah limit dari usaha kita
seberapa tinggikah obsesi dari perjuangan kita itu yg menghasilkan nilai seperti itu,,
bangga dan kecewa memang wajar tp jangan sampai berlebihan karna di depan sana masih ada perjuangan2 yg lebih hebat yg harus kita hadapi !!

Percyalah,,
suatu saat nanti di belakang nama kita terdapat gelar STP y seorang SARJANA TEKNIK PERTANIAN :)
Orang tua kitapun pasti akan bangga dgn gelar itu
Tapi,,
ingat kawan gelar ini jangan dijadikan sebagai gelar saja tp jadikan juga sebagai motivasi dan cambukan dalam hidup kita
agar dapat bermanfaat bagi kita dan hidup orang2 di sekitar kita sebagai penghargaan atas PERJUANGAN qta :)

Terima kasih untuk anggota kelompok 2 shift A2 kelompok fismektan (albert, vivi, puri, lukman, oki, dan fida)
Terima kasih untuk anggota kelompok 3 PAS (bundo, meta)
Terima kasih untuk anggota kelompok 2 shift A2 kelompok satop (prima, eci, puri, lukman, naomi, monik)
Terima kasih untuk anggota kelompok 2 shift A2 kelompok irdran (albert, ilham, oci, vivi, meta, prima, eci, puri, lukman)
Terima kasih untuk anggota kelompok 4 shift A2 kelompok bengkel (meta, rahmi, bayu, immam)
Terima kasih untuk anggota kelompok 4 managris tmip B (rusli, desi, ??)
The last n the best,,

TERIMA KASIH UNTUKTMIP 2009 YG SELALU MEMBANTU, MEMBIMBING, DAN MENASEHATI SAYA :)

090711

Sunday, December 18, 2011

ga to the lau = galau

galau ?
sejak kapan sih kata itu muncul ? asa ujug2 dateng terus langsung aja booming gitu aja, hebat pisan eui itu kata punya magis apa ya ampe hampir semua orang yg saya kenal pasti aja ngalamin satu kata itu hemmm
sebenernya apa sih galau itu ?
selidik punya selidik ternyata galau itu kata lain dari gelisah, bimbang, parno ato takut, kahawatir ato cemas yang dicampur jadi satu yap jadilah racikan galau itu sendiri hehehe so ilmiah pisan tapi emang bener itu ko :)
kenapa sih bisa galau ?
besok kuis ato ujian ?
belum dikirim duit sama mamah papah ?
ato kepikiran mantan ?
hahahaha
wajar sih galau asal galaunya jangan over karena galau emang hak tiap orang tapi kan orang lain juga punya hak, jangan nyampe kalo lagi galau dikit2 apdet status bb ato fb, dikit2 ngtweet, uring2an ga jelas yang bikin orang lain keganggu sm galau2an kamu hemm
patut diinget sih, galau yang paling enak itu curhat, curhat jam 04.45, 12.10, 15.15, 18,07, sm 17,18 yap curhat tu tentang semua ke ga-lau-an sama Allah SWT insya Allah deh rada plongan :)

kehilangan dan ikhlas ?

kamu tau apa yang aku rasakan saat ini ?
mungkin kamu tau, mungkin juga tidak,,entahlah hati ini terlalu lelah untuk mengetahui dan mengerti semuanya, ya  semuanya, semuanya tentang aku, kamu, 4 taun cerita kita, cincin yang aku khianati itu, dan dia iya DIA aaahhh semuanya telah membuat aku lelah

saat aku mengetahui hal itu, aku sangat sulit untuk mengerti apalgi untuk menerimanya, mungkin itu pula yang kamu rasakan dan aku ga bisa, aku ga ikhlas ...

mungkin benar apa yang dikatakan orang, kita akan merasa kehilangan setelah kita benar- benar kehilangan,, ya benar dan aku merasakan itu, SAAT INI !!!

aku ingin bilang,,jika suatu saat nanti aku atau kamu bertemu dengan pasangan kita masing - masing , tolong IKHLAS dan ingatlah aku sebagai orang yang pernah dan akan selalu kamu sayang, begitupun aku terhadapmu :)

akhir ulum yang menyenangkan

18 Desember 2008,,,itulah tanggal yang gak akan pernah mi lupain. Mungkin bagi sebagian orang khususnya pelajar tanggal itu adalah tanggal yang menyebalkan karena masih harus menghadapi ulangan umum,,sekarang dikenal dgn nama UAS. Yaa tapi bagi ami, kami, itu tanggal yang amat sangat menyenangkan. Aku, irma, maly, delian, arin, dan teguh

to be continued...

ga kerasa blog ini tepat ada 3 taun yang lalu, ya tepat sekali hari ini :)
dan hari ini pun tepat tgl 18 desember (ngomong apa sih ini dibolak balik mulu)
hahaha eniweii apapun itu intronya, intinya adalah setiap waktu yang kita gunakan setiap detiknya memiliki arti, pemahaman dan kalo bisa gunakan waktu itu sebaik mungkin karena waktu gak bisa berputar ulang :)

paradoks

ada keinginan untuk mengejar
dan yang lain mengatakan ’jangan’
ada keinginan untuk bersatu
tapi yang lain mengatakan ‘lebih baik seperti ini’
ada keinginan untuk merangkai kembali sebuah cerita
dan yang lain mengatakan ‘ini sudah berakhir’
ada keinginan untuk berjalan bersama
tapi yang lain mengatakan ‘lebih baik sendiri’

kemelut ini melahirkan kebimbangan
yang pada akhirnya tidak berujung
tidak berbentuk dan
tidak menghasilkan apa-apa

dan kita masih disini
masih seperti ini
masih berjalan sendiri-sendiri
dengan hati dan pikiran terkunci
oleh ekspektasi-ekspektasi mini
dengan beragam cerita fiksi

penyimpanan BHP

Nilai :
(Acc Asisten)
 
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Penyimpanan Bahan Hasil Pertanian)





Oleh :
Nama                                         : Rahmi Fathonah
NPM                                          : 240110090053
Hari, Tanggal Prakikum            : Selasa & Jum’at, 29 November    2011 & 2 Desember 2011
Waku                                       : 10.00 s.d 11.40
Co. Ass                                    : Tiwi
                                                 










LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan penghasil buah – buahan tropis dan sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk tujuan ekspor maupun pasar dalam negeri. Hingga saat ini permintaan buah – buahan maupun sayuran segar tidak dapat terpenuhi secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah sifat – sifat bahan hasil pertanian yang mudah rusak yang mengakibatkan bahan hasil pertanian tersebut tidak tahan lama.
Bahan hasil pertanian merupakan bahan yang mudah rusak setelah panen. Salah satu upaya dalam penanganan bahan hasil pertanian untuk mencegah kerusakan – kerusakan tersebut yang dapat menurunkan kualitas serta kuantitas bahan hasil pertanian diperlukannya teknologi pasca panen dalam penanganan bahan hasil pertanian tersebut.
 Salah satu teknologi pasca panen adalah teknik penyimpanan bahan hasil pertanian yang dapat menghambat dan melindungi bahan hasil pertanian dari kerusakan baik secara mekanis, biologis, fisika, dan lain –lain. Teknik penyimpanan yang diperlukan ialah penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah karena hal ini dapat menghambat laju respirasi dan metabolisme (kegiatan biologis) maupun mengawetkan bahan hasil pertanian tersebut.

1.2    Tujuan
Tujuan Instruksional Khusus :
1.      Mahasiswa mampu mempelajari proses pendinginan dengan menggunakan cold storage pada bahan hasil pertanian.
2.      Mahasiswa mampu mengamati perubahan – perubahan yang terjadi pada bahan hasil pertanian setelah proses penyimpanan pada cold storage.
3.      Mahasiswa mampu menentukan sifat dan karakteristik bahan hasil pertanian seperti klimaterik atau non klimaterik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

       Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah gizi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Jenis dan cara pengolahan bahan pangan sangat menentukan kadar gizi hasil olahan makanan tersebut. Kebutuhan pangan dan gizi keluarga dapat terpenuhi dari ketersediaan pangan setempat, daya beli yang terjangkau dan memenuhi syarat menu seimbang. Sudah diketahui bahwa bahan pangan, seperti daging, ikan, telur, sayur maupun buah, tidak dapat disimpan lama dalam suhu ruang. Masa simpan bahan pangan dapat diperpanjang dengan disimpan pada suhu rendah; dikeringkan dengan sinar matahari atau panas buatan; dipanaskan dengan perebusan; diragikan dengan bantuan ragi, jamur atau bakteri; dan ditambah bahan-bahan kimia seperti garam, gula, asam dan lain-lain.
       Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperlambat reaksi metabolisme. Selain itu dapat juga mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab kerusakan atau kebusukan bahan pangan. Cara pengawetan bahan pangan pada suhu rendah dibedakan menjadi 2 (dua) cara yaitu pendinginan dan pembekuan. Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan pada suhu di atas titik beku (di atas 0°C), sedangkan pembekuan dilakukan di bawah titik beku.        Pendinginan biasanya dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, sedangkan pembekuan dapat bertahan lebih lama sampai beberapa bulan. Pendinginan dan pembekuan masing-masing berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, warna,nilai gizi dan sifat-sifat lainnya. Pengawetan dengan jalan pendinginan dapat dilakukan dengan penambahan es yang berfungsi mendinginkan dengan cepat suhu 0°C, kemudian menjaga suhu selama penyimpanan. Jumlah es yang digunakan tergantung pada jumlah dan suhu bahan, bentuk dan kondisi tempat penyimpanan, serta penyimpanan atau panjang perjalanan selama pengangkutan.
       Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 10°C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,5°C atau di bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku air.
Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah ini menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan. Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan pangan yang bersangkutan.

2.1 Pendinginan
Pendinginan umumnya merupakan suatu metode pengawetan yang ringan, pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara keseluruhan. Oleh sebab itu pendinginan seperti di dalam lemari es sangat cocok untuk memperpanjang kesegaran atau masa simpan sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah-buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Sebagai contoh, buah pisang dan tomat tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 13°C karena akan mengalami chilling injury yaitu kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang disimpan pada suhu terlalu rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau berubah menjadi coklat, sedangkan buah tomat akan menjadi lunak karena teksturnya rusak.



           


Gambar 1. Sistem Pendingin Konvensional
           
       Alat pendingin yang pertama digunakan manusia adalah gua-gua alam, terutama di daerah vulkanik dengan cuaca dingin dan kering. Dari sini manusia mempelajari bahwa bila dia menggali lubang di dalam tanah, mereka dapat menyimpan makanannya untuk jangka waktu yang cukup lama.
       Penggunaan es sebagai pendingin dimulai tahun 1800. Segera didapatkan bahwa bahwa pangan yang di simpan di udara dingin sama saja halnya bila di simpan dalam es. Pada akhir abad ke-18, penyimpanan bahan pangan dalam refrigerator atau lemari pendingin mulai dikembangkan. Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan diatas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +10oC. Pendinginan yang biasa dilakukan sehari-hari dalam lemari es adalah pada suhu  5-8oC.
       Bahwasanya pendinginan merupakan proses pembuangan kalor dari suatu bahan sehingga suhunya turun dan dijaga tetap pada suatu tingkat. Kalor adalah suatu bentuk energi dari berbagai benda. Dingin dapat menyatakan suatu keadaan pada tingkat kalor yang relative rendah. Bahan yang didinginkan pada penyimpanan sesungguhnya mengalami pembekuan kalor dan bukan “dingin” yang dipompakan kedalam air dan kemudian air menjadi dingin, maka proses yang terjadi sesungguhnya adalah penyerapan kalor dari air oleh es.
       Bahan pangan dapat didinginkan dengan beberapa metode pendinginan, yaitu menggunakan: udara dingin (pendinginan ruang dan pendinginan dengan hembusan udara), air dingin (hydrocooling), kontak langsung dengan es, dan penguapan air dari bahan (pendinginan evaporatif dan pendinginan vakum). Kemungkinan cara pendinginan paling umum adalah pendinginan ruang dimana bahan segar dalam kotak, peti atau kemasan lain diperlakukan dengan udara dingin dalam gudang dingin normal. Laju pendinginan dengan udara dingin dapat dengan nyata ditingkatkan bila permukaan transfer panen diperbesar dari luas kemasan sampai permukaan total bahan segar. Dengan menekan udara melalui kemasan dan sekeliling masing-masing bahan segar, pendinginan dengan udara bertekan dapat mendinginkan bahan tersebut dalam kurang lebih 1/4-1/10-nya lama waktu yang dibutuhkan untuk pendinginan ruang.
Dalam pendinginan hidro, air berperanan sebagai medium transfer panas merupakan metode yang cepat untuk bahan segar  karena air mempunyai kapasitas panas yang lebih besar dari pada udara. Pendinginan hidro berlangsung cepat apabila air kontak dengan sebagian besar permukaan bahan segar dan diatur suhunya sedekat mungkin dengan 0oC.
Pendinginan dengan kontak es  digunakan secara luas untuk pendinginan pendahuluan bahan segar, mempertahankan suhu selama transit, terutama untuk komoditi yang lebih mudah mudah rusak seperti sayuran berupa daun. Sayuran yang mempunyai rasio luas permukaan dan volume tinggi dapat dengan cepat dan seragam didinginkan dengan mendidihkan sebagian airnya pada tekanan rendah. Cara ini disebut pendinginan vakum dan secepat pendinginan hidro. Sedangkan pendinginan dengan penguapan merupakan proses yang sederhana dimana udara kering didinginkan dengan meniupkannya melalui permukaan yang basah.
Didalam pendinginan, perlu diperhatikan mengenai mutu bahan yang akan didinginkan, suhu ruang pendingin, kelembaban udara di dalam ruang pendingin, dan sirkulasi udara serta jarak tumpukan di dalam ruang pendingin. Penyimpanan dingin mempunyai pengaruh terhadap bahan yang didinginkan seperti terjadi kehilangan berat, keruasakan dingin, kegagalan untuk matang dan kebusukan. Kehilangan berat buah-buahan selama di simpan terutama disebabkan oleh kehilangan air, akibat air dalam jaringan bahan menguap atau terjadinya transpirasi. Kehilangan air yang tinggi akan menyebabkan terjadinya pelayuan dan pengeriputan bahan sehingga dapat menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan. Kondisi seperti ini dapat dicegah dengan cara mengurangi transpirasi, yakni menaikkan kelembaban nisbi udara, menurunkan suhu, mengurangi gerakan udara, dan dengan menggunakan kemasan.
Pada suhu yang rendah (0-10oC), buah-buahan dapat mengalami kerusakan karena tidak dapat melakukan proses metabolisme secara normal. Kondisi ini terlihat ketika bahan dikeluarkan dari ruang penyimpanan, seperti adanya lekukan, cacat, bercak-bercak kecoklatan pada permukaan, penyimpangan warna di dalam, atau gagal matang pada beberapa komoditi karena penyimpanan begitu lama.
Mekanisme terjadi kerusakan dingin antara lain: (a) terjadinya respirasi dan metabolisme abnormal, (b) perubahan lemak dan asam lemak dalam dinding sel, (c) perubahan permeabilitas membrane sel, (d) perubahan dalam reaksi kinetic dan thermodinamika, (e) ketimpangan distribusi senyawa kimia dalam jaringan, dan (f) terjadinya penimbunan metabolit beracun.
Disamping itu sering terjadi kondensasi pada komoditi yang bertekstur lunak seperti buah-buahan pada saat dikeluarkan dari ruang penyimpanan dingin. Kondensasi ini terjadi pada permukaan bahan. Air yang berkondensasi ini terjadi harus dikurangi karena dapat merangsang kebusukan. Namun tidak semua bahan dapat menjadi busuk akibat adanya kondensasi ini.

2.2 Pembekuan
       Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar –180C, meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini. Pada kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Sayuran dan buah-buahan umumnya diblansir dahulu untuk menginaktifkan enzim sebelum dibekukan. Bahan pangan seperti daging dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan, ikan dapat disimpan selama 8 sampai 12 bulan dan buncis dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan.
       Pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan semakin rendahnya suhu. Pada saat air dalam bahan pangan membeku seluruhnya, maka tidak ada lagi pembelahan sel bakteri. Pada sebagian bahan pangan air tidak membeku sampai suhu –9,50C atau di bawahnya karena adanya gula, garam, asam dan senyawa terlarut lain yang dapat menurunkan titik beku air.
Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah ini menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan pangan. Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba, sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan pangan yang bersangkutan.
       Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku. Sama halnya pada penyimpanan dingin, pada proses inipun terjadi penghambatan yang jauh lebih efektif terhadap aktivitas metabolisme dan pertumbuhan mikroba serta laju reaksi-reaksi kimia dan enzimatis.
       Berdasarkan atas lamanya waktu yang diperlukan untuk melewati daerah kritis pembekuan (thermal arrest time) terbentuknya kristal-kristal es yang berukuran kecil (pada suhu diantara 0oC dan -5oC), proses pembekuan dapat digolongkan dalam 2 macam yaitu pembekuan cepat dan pembekuan lambat.
       Meskipun demikian batas waktu limit yang digunakan untuk membedakan antara metoda pembekuan cepat dengan metoda lambat tidak dapat jelas. Sebagai contoh, Inggris menentukan batas waktu untuk melewati daerah kritis sebagai pembekuan cepat adalah tidak lebih dari pada 122 menit, Jepang memberikan criteria kurang dari 30 menit dan Amerika Serikat menggunakan waktu antara   70-100 menit.
       Dalam prakteknya, proses pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -12oC sampai -24oC. Pembekuan cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu    -24oC sampai -40oC dalam waktu kurang lebih dari ½ jam. Sedangkan pembekuan lambat biasanya berlangsung selama 30-72 jam.
       Pembekuan cepat mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara lambat karena kristal es yang terbentuk kecil-kecil sehingga kerusakan mekanis lebih sedikit terjadi, factor pemadatan air cepat, pencegahan pertumbuhan mikroba juga cepat terjadi dan kegiatan enzim juga cepat terhenti. Bahan makanan yang dibekukan dengan cara cepat mempunyai mutu lebih baik dari pada yang dibekukan lambat.

2.3 Sifat Termodinamika Udara

Pengetahuan mengenai sifat termodinamika udara dan penggunaan grafik psikometrik diperlukan untuk memahami proses pengeringan. Sifat termodinamika dalam proses pengeringan sangat penting, karena proses pengeringan merupakan proses adiabatik dimana energi panas yang diperlukan untuk menguapkan kandungan air bahan diberikan oleh udara pengering tanpa adanya perpindahan energi panas melalui konduksi atau radiasi dari lingkungan.
Selama proses adiabatik berlangsung terjadi perubahan pada sifat termodinamika udara pengering yang diperlukan dalam penentuan energi yang dibutuhkan untuk pengeringan. Dalam mempelajari sifat termodinamika udara dikenal delapan sifat udara yang digunakan untuk menjelaskan kondisi campuran udara, yaitu:
·      Tekanan uap air
Tekanan uap air dari udara merupakan tekanan parsial uap air (Pv) yang ditimbulkan oleh molekul uap air di dalam udara lembab. Apabila udara mencapai kondisi jenuh, maka tekanan uap air tersebut disebut sebagai tekanan uap air jenuh (Pvs).
·      Kelembaban relatif (Φ atau RH)
Kelembaban relatif (Φ atau RH) merupakan perbandingan antara tekanan parsial uap air (Pv) dalam udara dengan tekanan uap jenuh (Pvs) udara pada suhu yang sama. Kelembaban relatif dinyatakan dalam %.
·      Kelembaban mutlak (W)
Kelembaban mutlak (W) disebut juga rasio kelembaban, kelembaban absolut atau kelembaban spesifik. Kelembaban mutlak adalah massa uap air (mv) yang terkandung dalam udara lembab persatuan massa udara kering (ma) dan dinyatakan dalam satuan kg uap air/ kg udara kering.
·      Suhu bola kering (Tdb)
Suhu bola kering (Tdb) merupakan kondisi suhu campuran udara-uap air yang diukur dan dibaca melalui skala termometer biasa. Tdb tidak tergantung dari jumlah uap air yang terkandung di dalam udara.
·      Suhu bola basah (Twb)
Suhu bola basah (Twb) merupakan kondisi suhu dimana kesetimbangan terjadi antara campuran udara dengan uap air. Twb udara lembab dan air dicapai jika udara secara adiabatis telah jenuh oleh penguapan uap air.
·      Entalpi (h)
Entalpi (h) merupakan suatu sifat termal dari campuran udara-uap air yang menunjukkan banyaknya kandungan energi panas didalam udara lembab persatuan massa udara kering di atas suhu acuan. Dinyatakan dalam satuan kJ/kg udara kering.
·      Suhu titik embun (Tdp)
Suhu titik embun (Tdp) merupakan kondisi suhu dari campuran udara pada saat terjadinya kondensasi ketika udara didinginkan pada kelembaban mutlak dan tekanan parsial konstan karena energi panas yang terkandung di dalam campuran udara dilepaskan.
·      Volume spesifik (v)
Volume spesifik (v) merupakan ukuran dari volume ruang yang diisi oleh 1 kg udara kering dan dinyatakan dalam satuan m3/kg udara kering.
2.4 Cara Pengawetan Dengan Suhu Rendah
       Cara pengawetan bahan pangan dengan penggunaan suhu rendah dibedakan menjadi dua, yaitu pendinginan (cooling) dan pembekuan (freezing). Secara terminologis dapat diterima bahwa pendinginan diartikan sebagai penggunaan suhu diatas titik beku bahan atau mengacu kepada pendinginan yang tidak mencapai titi beku bahan, dengan maksud untuk mempertahankan sifat-sifat bahan semula, sedangkan pembekuan diartikan sebagai penggunaan  suhu dibawah titik beku bahan sehingga menyebabkan proses perubahan dari fase cair menjadi fase padat.
       Dalam praktek pengawetan bahan pangan dengan penggunaan suhu rendah banyak digunakan istilah-istilah sebagai berikut :
a.    Pendinginan ringan (cooling), jika digunakan suhu diantara 6-15oC atau dibawah suhu kamar.
b.    Pendinginan sedang (chilling), jika digunakan suhu anatar 0-6oC, yang seiring disebut dengan refrigerasi.
c.    Pendinginan berat (deep chilling), jika digunakan suhu antara titik beku bahan sampai 0oC.
d.   Pembekuan (freezing), jika digunakan suhu dibawah titik beku bahan.
e.    Pembekuan berat (deep refrigeration), jika digunakan suhu yang sangat rendah, misalnya pendinginan dengan nitrogen cair dan carbondioksida cair, yang disebut pula dengan teknik kriogenik (cryogenic).

Pengawetan bahan pangan dengan cara pendinginan dan pembekuan masing-masing akan memberikan pengaruh yang berbeda baik terhadap rasa, tekstur, nilai gizi dan sifat-sifat lain dari bahan, ataupun terhadap keaktifan mikroorganismedi dalam bahan pangan. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpanan yang terlalu rendah.
Begitu juga penggunaan suhu rendah dalam pengawetan bahan pangan tidak dapat membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya dikeluarkan dari penyimpanan dan dibiarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk kemudian berjalan cepat kembali.
Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keawetan bahan  pangan. Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam bahan pangannya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang-kadang beberapa tahun.

2.5 Kelembapan Relatif (RH)
Istilah ini menggambarkan kandungan air total yang dikandung oleh udara yang biasanya juga dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan jumalah air yang dikandung di udara maka kita dapat menggunakan metode Kelembapan spesifik. Kelembapan spesifik adalah metode untuk mengukur jumlah uap air di udara dengan rasio terhadap uap air di udara kering. Kelembapan spesifik diekspresikan dalam rasio kilogram uap air, mw, per kilogram udara, ma. Rasio tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
x= mw/ ma ............... (1)



           




BAB III
METODOLOGI

3.1  Alat dan Bahan
Alat          : Timbangan analitik, plastik, cold storage, lemari atau meja, alat                                 pengukur RH dan suhu
Bahan       : Jamur tiram.

3.2  Prosedur Percobaan
1.      Mengukur suhu dan RH udara pada ruangan dan mencatat hasilnya.
2.      Mengukur suhu dan RH pada cold storage dan mencatat hasilnya.
3.      Menimbang massa jamur tiram dan mencatatnya.
4.      Memasukkan masing-masing jamur tiram  ke dalam plastik yang sudah dilubangi dan tidak dilubangi.
5.      Mengamati 4  sampel jamur tiram sebelum di masukkan ke dalam cold storage dan ruangan terbuka dari tekstur, warna, kelayuan, dan uap air, sebagai pengukuran awal
6.      Menyimpan dua sampel jamur tiram di ruangan.
7.      Mengamati dan mengidentifikasi jamur tiram dilihat dari tekstur, warna, kelayuan, dan uap air sebagai pengukuran akhir.
8.      Menyimpan dua sampel jamur tiram di cold storage.
9.      Mengamati dan mengidentifikasi jamur tiram dilihat dari tekstur, warna, kelayuan, dan uap air sebagai pengukuran akhir.
10.  Memasukkan data awal dan data akhir hasil pengamatan dan membandingkannya.

Keterangan :
Perlakuan Sampel :
1. Jamur tiram dibungkus tanpa lubang pada cold storage
2. Jamur tiram dibungkus dengan lubang pada cold storage
3. Jamur tiram dibungkus tanpa lubang pada ruangan
4. Jamur tiram dibungkus dengan lubang pada ruangan
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.Hasil Percobaan
     Bahan         : Jamur tiram 4 bungkus

Tabel 1. Hasil Pengamatan Umum
Parameter
Ruangan
Cold Storage
Suhu (°C)
28,275
7,83
RH (%)
65,275
93,5

Tabel 2. Hasil Pengamatan Jamur Tiram Awal
Parameter
Awal
1
2
3
4
Massa (gram)
12,76
35,16
6,71
12,69
Warna
Putih
Putih kecoklatan
Putih
Putih kecoklatan
Tekstur
Agak lunak
Agak keras
Agak lunak
Agak lunak
Kelayuan
Agak layu
Agak layu
Agak layu
Layu
Uap Air
Banyak
Sangat sedikit
Sedikit
Tidak ada
Suhu
24,8°C

Tabel 3. Hasil Pengamatan Jamur Tiram Akhir
Parameter
Awal
1
2
3
4
Massa (gram)
11,5
31,39
5,74
8,72
Warna
Putih
Putih kecoklatan
Coklat
Coklat
Tekstur
Agak lunak
Agak lunak
Sangat lunak
Sangat lunak
Kelayuan
Agak layu
Agak layu
Sangat layu
Sangat layu
Uap Air
Sedikit
Tidak ada
Sangat banyak
Sedikit
Suhu (°C)
27,3
20,7
27,9
26,3



BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum teknik penanganan hasil pertanian kali ini yaitu mengenai penyimpanan bahan hasil pertanian dengan bahan jamur tiram dengan tujuan mampu mengaplikasikan teknik penyimpanan bahan hasil pertanian dalam cold storage yang dapat menghambat kegiatan biologis hasil pertanian pasca panen yang dapat merusak dan mengakibatkan penurunan kualitas serta kuantitas terhadap bahan hasil pertanian tersebut.
Bahan hasil pertanian yang kami gunakan adalah jamur tiram dengan 4 perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama ialah jamur tiram dibungkus dengan plastik tanpa lubang yang disimpam pada cold storage, perlakuan kedua ialah jamur tiram dibungkus dengan plastik berlubang lalu disimpan pada cold storage, perlakuan ketiga ialah jamur tiram yang dibungkus plastik tanpa lubang yang disimpan di atas lemari (suhu ruang) dan perlakuan terakhir ialah jamur tiram yang dibungkus plastik dengan lubang yang disimpan pada suhu ruang.
Pada praktikum ini didapatkan hasil suhu dan RH ruangan dan cold storage yang tertera pada tabel 1. Pada tabel tersebut terdapat suhu ruangan sebesar 28,275°C dengan RH 65,275% sedangkan pada cold storage suhu sebesar 7,83°C dengan RH 93,5%.
Pengamatan awal terhadap jamur tiram terdapat pada tabel 2 dengan parameter yang diamati ialah massa dengan satuan gram, warna, tekstur, kelayuan, kandungan uap air, dan suhu. Suhu awal jamur tiram tiap perlakuan di seragamkan yaitu sebesar 24,8°C.
Jamur dengan perlakuan 1 yaitu dibungkus dengan plastik berlubang yang akan disimpan dalam cold storage memiliki bobot 12,76 gram, warna putih, dengan tekstur agak lunak, agak layu, dan kandungan uap air banyak. Jamur dengan perlakuan 2, dibungkus dengan plastik tanpa lubang yang akan disimpan dalam cold storage memiliki bobot 35,16 gram dengan warna putih kecoklatan, tekstur agak keras, agak layu dan kandungan uap air sedikit.
Sedangkan jamur dengan perlakuan 3 dan 4 yang akan disimpan pada suhu ruang masing – masing dibungkus dengan plastik berlubang dan plastik tanpa lubang. Jamur dengan perlakuan 3 memliki bobot 6,71 gram berwarna putih, tekstur agak lunak, agak layu, dan kandungan uap air sedikit. Jamur dengan perlakuan 4 memiliki bobot 12,69 gram berwarna putih kecoklatan, tekstur agak lunak dengan kondisi layu dan kandungan uap air tidak ada. Kandungan uap air ini terlihat pada plastik dengan adanya uap yang menempel pada plastik tersebut dan kondisi kesegaran jamur dilihat pada segar atau tidaknya jamur tersebut sedangkan tekstur jamur diraba untuk mengetahui tekstur dari jamur tersebut.
Masing – masing jamur tiram ini disimpan dalam cold storage yaitu jamur dengan perlakuan 1 dan 2 sedangkan jamur dengan perlakuan 3 dan 4 disimpan pada suhu ruang, kami menyimpannya di atas lemari yang telah disediakan selama 3 hari (pengamatan awal Selasa, 29 November 2011 dan pengamatan akhir Jum’at 2 Desember 2011).
Pada pengamatan akhir yaitu hari Jum’at, 2 Desember 2011 terjadi beberapa perubahan pada jamur yang disimpan di dalam cold storage dan jamur yang disimpan di atas lemari atau suhu ruang yang terdapat pada tabel 3.
Jamur yang disimpan di dalam cold storage mengalami perubahan yang tidak terlalu mencolok. Jamur dengan perlakuan 1 mengalami penurunan bobot menjadi 11,5 gram dengan suhu 27,3°C dan kandungan uap air yang sedikit, namun dari warna, tekstur, dan kelayuan pada jamur ini tetap yaitu berwarna putih, agak lunak, dan agak layu. Pada jamur dengan perlakuan 2, perubahan yang terjadi adalah penurunan bobot menjadi 31,39 gram dengan perubahan suhu menjadi 20,7°C dengan kandungan uap air tidak ada serta tekstur yang berubah menjadi agak keras, namun warna dan kelayuan pada jamur ini tetap yaitu berwarna putih kecoklatan dan agak layu.
Sedangkan pada jamur tiram dengan perlakuan 3 dan 4 mengalami perubahan yang cukup drastis. Pada tabel tersebut, perubahan yang terjadi pada jamur dengan perlakuan 3 mengalami perubahan massa, warna, tekstur, kelayuan, uap air, dan suhu. Perubahan pada jamur ini adalah penurunan bobot menjadi 5,74 gram, perubahan warna dari warna putih menjadi warna coklat, tekstur dari agak lunak menjadi sangat lunak atau bahkan lembek, kesegaran pada jamur ini juga sangat tidak segar atau sangat layu dengan kandungan uap air sangat banyak dan perubahan suhu menjadi 27,9°C.
Pada jamur tiram dengan perlakuan 4 mengalami perubahan warna, tekstur, kelayuan, uap air, suhu, serta penurunan bobot. Warna jamur dengan perlakuan 4 ini setelah disimpan di atas lemari selama 3 hari berubah menjadi warna coklat, tekstur menjadi sangat lunak, kondisi jamur menjadi sangat layu, kandungan uap airnya menjadi sedikit, perubahan suhu menjadi 26,3°C dan penurunan bobot menjadi 8,72 gram dari 12,69 gram.
Terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada masing – masing jamur setelah beberapa hari disimpan pada media yang berbeda. Perubahan ini terdapat pada perubahan warna dari warna putih menjadi warna coklat, perubahan yang terjadi pada tekstur menjadi lembek, layu, dan kandungan uap air yang menjadi banyak atau bahkan tidak ada serta terjadinya penurunan bobot jamur.
Dari tabel 2 dan tabel 3 tersebut, terlihat bahwa perubahan yang paling signifikan terdapat pada jamur dengan perlakuan 3 dan 4 yaitu jamur yang disimpan di lemari atau pada suhu ruang. Hal ini diakibatkan oleh adanya kontak udara luar dengan jamur sehingga terjadinya respirasi dan metabolisme pada jamur tersebut yang mengakibatkan jamur berubah warna, tekstur, kesegaran, uap air, suhu, penurunan bobot dan bahkan mengeluarkan aroma yang tidak sedap (mengalami pembusukan). Selain udara, sifat bahan hasil pertanian yaitu klimaterik atau nonklimaterik dapat mempengaruhi perubahan yang terjadi pada jamur. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan proses respirasi dan metabolisme yang diawali dengan pembentukan etilen, yaitu suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu ruang berbentuk gas. Hal ini membuktikan bahwa bahan hasil pertanian tidak dapat disimpan lama pada suhu ruang yang dapat mengakibatkan bahan hasil pertanian tersebut rusak.
Suatu bahan hasil pertanian dikatakan rusak apabila terjadi penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan. Beberapa bahan dianggap rusak apabila menunjukkan penyimpangan konsistensi serta tekstur dari keadaan normal. Sebagai contoh jamur dengan tekstur lunak mengalami kerusakan setelah disimpan beberapa hari berubah menjadi lembek dan sangat layu.
          Sedangkan jamur tiram dengan perlakuan 1 dan 2 yaitu jamur tiram yang disimpan di dalam cold storage mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan. Penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah dapat memperlambat reaksi metabolisme, selain itu dapat juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab kerusakan atau kebusukan bahan pangan. Cold storage merupakan salah satu aplikasi teknologi penyimpanan bahan hasil pertanian pada pendinginan. Pendinginan biasanya dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, sedangkan pembekuan dapat bertahan lebih lama sampai beberapa bulan. Pendinginan dan pembekuan masing-masing berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, warna,nilai gizi dan sifat-sifat lainnya. Pengawetan dengan jalan pendinginan dapat dilakukan dengan penambahan es yang berfungsi mendinginkan dengan cepat suhu 0°C, kemudian menjaga suhu selama penyimpanan. Jumlah es yang digunakan tergantung pada jumlah dan suhu bahan, bentuk dan kondisi tempat penyimpanan, serta penyimpanan atau panjang perjalanan selama pengangkutan.
          Secara garis besar, cold storage mampu memperpanjang umur simpan bahan hasil pertanian serta dapat memperlambat reaksi metabolisme maupun respirasi pada bahan hasil pertanian yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan hasil pertanian tersebut.  



BAB IV
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
       Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1.        Salah satu teknologi pasca panen untuk memperpanjang umur simpan bahan hasil pertanian adalah teknik penyimpanan pada cold storage.
2.        Terjadi perubahan warna, tekstur, kelayuan, kandungan uap air, perubahan suhu serta penurunan bobot yang cukup signifikan pada jamur yang disimpan pada suhu ruang.
3.        Perubahan yang terjadi pada jamur yang disimpan dalam cold storage tidak terlalu besar karena cold storage mampu memperpanjang umur simpan jamur.
4.        Teknik penyimpanan bahan hasil pertanian dalam cold storage mampu memperlambat reaksi metabolisme maupun respirasi pada bahan hasil pertanian yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan hasil pertanian tersebut. 
5.        Suatu bahan hasil pertanian dikatakan rusak apabila terjadi penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain yang biasa digunakan.

6.2  Saran
Saran yang dapat diberikan adalah :
1.      Praktikan diharapkan memahami materi praktikum.
2.      Praktikan diharapkan menyimak penjelasan materi yang diberikan oleh asisten.
3.      Asisten diharapkan mendampingi dan membimbing praktikum
4.      Praktikan diharapkan tertib dan teliti dalam pengamatan agar praktikum berjalan efektif dan efisien serta dapat meminimalisir kesalahan.
5.      Penambahan alat – alat praktikum yang berkualitas baik dan laik pakai agar praktikum berjalan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Rusendi, Dadi; Zain, Sudaryanto; Nurjanah, Sarifah; ;Suhadi, Ujang. 2010. Penuntun Praktikum Mk. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Padjadjaran.
Sudaryanto dkk. 2005. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Bandung : Pustaka Giratuna.
Sudaryanto, dkk. 2011. Modul Penuntun Praktikum MK. Teknologi Hasil Pertanian : Karakteristik Fisik Bahan Hasil Pertanian. Jatinangor
Koronika., 2008., Pengawetan Bahan Pangan dengan Pendigin., http://koronka.wordpress.com/2008/03/25/pengawetan-bahan-pangan-dengan-pendingin/ diakses pada tanggal 6 Desember 2011 pukul 11.26 WIB
Lawani, Misran., Pengawetan Pangan Dengan Suhu Rendah.,  http://misranlawani.blogspot.com/. diakses pada tanggal 6 Desember 2011 pukul 11.28 WIB
Munzir.,2009., Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan http://duniaperikanan.wordpress.com/2009/10/17/pengaruh-pendinginan-dan-pembekuan/ diakses pada tanggal 6 Desember 2011 pukul 11.29 WIB
Pendinginan Hasil Pertanian. http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pendinginan/bab10.php diakses pada tanggal 6 Desember 2011 pukul 11.31 WIB



LAMPIRAN







Gambar 1. Mengukur RH dan suhu ruangan              Gambar 2. Menimbang jamur

                                                                       





Gambar 3. Membungkus jamur                       Gambar 4. Mengamati warna  jamur  
Gambar 5. Perubahan warna jamur pada    Gambar 6. Perubahan kelayuan,tekstur,
cold storage                                               dan kandungan uap air jamur pada suhu ruan